Namanya Bunga usianya baru 12 Tahun, pendidikannya masih kelas 6 SD tetapi harus di rawat di sebuah RS jiwa karena mengalami gangguan jiwa, bunga ini sebenarnya tidak memiliki tanda dan gejala gangguan jiwa sejak kecil, berdasarkan pengkajian diketemukan sebuah fakta unik bahwa dia mengalami Sibling Rivalry dengan saudara kandungnya, hampir setiap hari ayah, ibu maupun kakaknya selalu membandingkan Bunga dengan adik kandungnya yang secara kecerdasan intelektualnya memang lebih baik, dan secara penampilan fisik memang lebih menarik. " kaya adik itu lho sudah cantik, pinter lagi, Bunga kok gak bisa apa - apa sich."
Ungkapan dan komentar negatif yang dilontarkan setiap hari tersebut terakumulasi selama 5 tahun membuat Bunga menjadi minder, dia merasa bahwa dirinya tidak bisa apa - apa, dia merasa bahwa dia tidak mampu melakukan apa - apa, muncul sebuah keyakinan negatif dalam dirinya bahwa dia tidak memiliki kelebihan dibandingkan orang lain, lama - kelamaan Bunga mulai menghindar dari interaksi dengan teman bermainnya, mulai menghindar dari teman sekolahnya dan memilih untuk menyediri, salah satu gurunya yang melihat perubahan perilaku anak didiknya menjadi tersentuh dan menyarankan untuk membawa Bunga ke Rumah Sakit Jiwa.
Setelah masuk rumah sakit, Bunga mendapatkan perawatan, dia diajarkan tentang kelebihan dan kekurangan diri, diajarkan cara - cara melakukan aktivitas harian, selama 3 bulan perawatan, Bunga hanya terdiam dan jarang berinisiatif, dia hanya akan melakukan aktivitas jika memang dia disuruh oleh dokter atau perawat, dalam fase perawatan, Bunga sangat sedikit melakukan interaksi dan komunikasi bahkan cenderung menghindar dari interaksi sosial.
Satu hal yang sangat istimewa adalah bunga menguasai sebuah permainan menata kelereng, permainan yang sangat simple tetapi juga rumit, dalam menyelesaikan beberapa permainan tersebut, Bunga mampu menyelesaikan permainan dengan hasil yang memuaskan, di RS tersebut Bunga diajarkan beberapa kemampuan untuk melakukan aktivitas harian, baik aktivitas perawatan diri maupun aktivitas - aktivitas yang lain, suatu ketika diadakan sebuah terapi yang disebut dengan terapi aktivitas kelompok, mereka diminta duduk melingkar dan kemudian melakukan beberapa kegiatan sesuai dengan petunjuk pemimpin kegiatan.
Cerita diatas adalah sebuah kisah nyata tentang seorang anak kecil yang baru menjelang remaja awal harus masuk RS Jiwa karena kesalahan pola asuh orang tua, setiap orang tua mengharapkan anak yang baik, yang penurut, yang cerdas, yang sopan dan berbagai tuntutan sikap yang lain, seharusnya apapun keadaan anak diterima sebagai sebuah paket utuh sehingga anak kecil atau siapapun tidak membawa bibit kesalahan perkembangan, jika kegagalan atau kesalahan dalam perkembangan ini terbawa sampai besar maka dia akan mengalami satu traumatik di masa kecilnya yang akan membawa perubahan dalam mekanisme kopingnya di masa dewasa, anak adalah titipan, maka jagalah titipan tersebut dengan baik karena kelak sang pemberi titipan akan meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dititipkanNYA kepada kita.
Ungkapan dan komentar negatif yang dilontarkan setiap hari tersebut terakumulasi selama 5 tahun membuat Bunga menjadi minder, dia merasa bahwa dirinya tidak bisa apa - apa, dia merasa bahwa dia tidak mampu melakukan apa - apa, muncul sebuah keyakinan negatif dalam dirinya bahwa dia tidak memiliki kelebihan dibandingkan orang lain, lama - kelamaan Bunga mulai menghindar dari interaksi dengan teman bermainnya, mulai menghindar dari teman sekolahnya dan memilih untuk menyediri, salah satu gurunya yang melihat perubahan perilaku anak didiknya menjadi tersentuh dan menyarankan untuk membawa Bunga ke Rumah Sakit Jiwa.
Setelah masuk rumah sakit, Bunga mendapatkan perawatan, dia diajarkan tentang kelebihan dan kekurangan diri, diajarkan cara - cara melakukan aktivitas harian, selama 3 bulan perawatan, Bunga hanya terdiam dan jarang berinisiatif, dia hanya akan melakukan aktivitas jika memang dia disuruh oleh dokter atau perawat, dalam fase perawatan, Bunga sangat sedikit melakukan interaksi dan komunikasi bahkan cenderung menghindar dari interaksi sosial.
Satu hal yang sangat istimewa adalah bunga menguasai sebuah permainan menata kelereng, permainan yang sangat simple tetapi juga rumit, dalam menyelesaikan beberapa permainan tersebut, Bunga mampu menyelesaikan permainan dengan hasil yang memuaskan, di RS tersebut Bunga diajarkan beberapa kemampuan untuk melakukan aktivitas harian, baik aktivitas perawatan diri maupun aktivitas - aktivitas yang lain, suatu ketika diadakan sebuah terapi yang disebut dengan terapi aktivitas kelompok, mereka diminta duduk melingkar dan kemudian melakukan beberapa kegiatan sesuai dengan petunjuk pemimpin kegiatan.
Cerita diatas adalah sebuah kisah nyata tentang seorang anak kecil yang baru menjelang remaja awal harus masuk RS Jiwa karena kesalahan pola asuh orang tua, setiap orang tua mengharapkan anak yang baik, yang penurut, yang cerdas, yang sopan dan berbagai tuntutan sikap yang lain, seharusnya apapun keadaan anak diterima sebagai sebuah paket utuh sehingga anak kecil atau siapapun tidak membawa bibit kesalahan perkembangan, jika kegagalan atau kesalahan dalam perkembangan ini terbawa sampai besar maka dia akan mengalami satu traumatik di masa kecilnya yang akan membawa perubahan dalam mekanisme kopingnya di masa dewasa, anak adalah titipan, maka jagalah titipan tersebut dengan baik karena kelak sang pemberi titipan akan meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dititipkanNYA kepada kita.