Menurut Frankl (2004) logoterapi berasal dari kata logos berasal dari bahasa Yunani yang
berarti makna. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup
dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi
berusaha membuat pasien menyadari secara tanggungjawab dirinya dan memberinya
kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau kepada siapa dia merasa
bertanggungjawab. Logoterapi tidak menggurui
atau berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah
tugas hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati
nuraninya sendiri.
Menurut Frankl (dalam Trimardhany, 2003) logoterapi
memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang
satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
a.
Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )
Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang
istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang
mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah
kebebasan dari (freedom from)
kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada
kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom
to take a stand ) atas
kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk
mengambil jarak ( to detach ) terhadap
kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan
mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (
self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia
disebut sebagai “ the self deteming being”
yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang
dianggap penting dalam hidupnya.
b.
Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah
mencari makna. Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah
pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia
adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenagan
adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi
pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik
( to pull ) dan menawari ( to
offer ) bukannya mendorong ( to push
). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya
agar ia menjadi individu yang bermakna dengan
berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
c.
Makna Hidup ( The Meaning Of Life )
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting,
benar dan didambakan serta memberikan
nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup
dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda
antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan
setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan
makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki
pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas
tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu,
manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan
tugasnya ( Frankl, 2004)