Jangan kaitkan kata waham dengan PAHAM! yang sering diucapkan Adi Bing Slamet dalam sebuah iklan, kata Waham mengacu kepada keyakinan yang salah, pada isi pikir yang salah, mengapa dianggap salah, bukankah semua orang juga berhak memiliki sebuah keinginan, memiliki sebuah cita - cita?
Waham bukan masalah cita - cita, hal ini bisa saja dimunculkan oleh ideal diri yang terlalu tinggi, halusinasi kronik yang sudah diyakini sebagai realita atau bahkan keyakinan yang salah terhadap sesuatu dan keyakinan tersebut sampai mengganggu interaksi orang tersebut dengan orang lain.
Mengapa waham bisa mengganggu interaksi? karena waham membuat seseorang menjadi memiliki pemikiran yang tidak wajar.
bentuk - bentuk waham
1. Waham Nihilistik (menganggap bahwa dirinya sudah meninggal)
2. Waham somatik (menganggap dalam tubuhnya bersemayam sebuah penyakit)
3. Waham Kebesaran (merasa diri lebih tinggi dari orang lain)
4. Waham Kejar (Merasa dikejar - kejar seseorang)
Keyakinan yang salah ini sangat berpengaruh dalam cara seseorang berhubungan dengan orang lain, jika berbicara selalu mengacu ke isi pikir yang salah, contohnya orang yang mengalami waham kejar maka dia akan mengalami yang namanya xenophobia, perasaan takut terhadap orang asing, menganggap orang asing sebagai faktor pengancam yang akan mengganggu keamanan.
Waham adalah sebuah keadaan, keadaan ini akan sangat berat untuk diubah jika individu penderitanya tidak merasakan bahwa apa yang selama ini i ucapkan, ia lakukan mengganggu, orang waham kejar masih berpeluang untuk disembuhkan selama dia mampu mengenali bahwa yang ia alami tidak realita, bagaimana dengan waham somatik?
Kesembuhan penderita gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor :
1. Terapi farmakologis
2. Support system
3. Terapi lingkungan
4. Terapi aktivitas kelompok
5. Konsep diri klien
6. Regimen terapeutik
7. Electroconvulsive therapy
8. Partisipasi keluarga
Sebenarnya masih banyak faktor yang lain yang mampu mempengaruhi kesembuhan pasien gangguan jiwa, hanya dengan memberikan dukungan secara psikologis kepada penderita maka intensitas gangguan bisa ditekan. Akankah kita menjadi orang yang berdiam diri melihat realita penderita gangguan jiwa cenderung meningkat? jika kita ingin berpartisipasi untuk menurunkan jumlah penderita mari kita menjadi supporting factor agar jumlah penderita bisa menurun.
Waham bukan masalah cita - cita, hal ini bisa saja dimunculkan oleh ideal diri yang terlalu tinggi, halusinasi kronik yang sudah diyakini sebagai realita atau bahkan keyakinan yang salah terhadap sesuatu dan keyakinan tersebut sampai mengganggu interaksi orang tersebut dengan orang lain.
Mengapa waham bisa mengganggu interaksi? karena waham membuat seseorang menjadi memiliki pemikiran yang tidak wajar.
bentuk - bentuk waham
1. Waham Nihilistik (menganggap bahwa dirinya sudah meninggal)
2. Waham somatik (menganggap dalam tubuhnya bersemayam sebuah penyakit)
3. Waham Kebesaran (merasa diri lebih tinggi dari orang lain)
4. Waham Kejar (Merasa dikejar - kejar seseorang)
Keyakinan yang salah ini sangat berpengaruh dalam cara seseorang berhubungan dengan orang lain, jika berbicara selalu mengacu ke isi pikir yang salah, contohnya orang yang mengalami waham kejar maka dia akan mengalami yang namanya xenophobia, perasaan takut terhadap orang asing, menganggap orang asing sebagai faktor pengancam yang akan mengganggu keamanan.
Waham adalah sebuah keadaan, keadaan ini akan sangat berat untuk diubah jika individu penderitanya tidak merasakan bahwa apa yang selama ini i ucapkan, ia lakukan mengganggu, orang waham kejar masih berpeluang untuk disembuhkan selama dia mampu mengenali bahwa yang ia alami tidak realita, bagaimana dengan waham somatik?
Kesembuhan penderita gangguan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor :
1. Terapi farmakologis
2. Support system
3. Terapi lingkungan
4. Terapi aktivitas kelompok
5. Konsep diri klien
6. Regimen terapeutik
7. Electroconvulsive therapy
8. Partisipasi keluarga
Sebenarnya masih banyak faktor yang lain yang mampu mempengaruhi kesembuhan pasien gangguan jiwa, hanya dengan memberikan dukungan secara psikologis kepada penderita maka intensitas gangguan bisa ditekan. Akankah kita menjadi orang yang berdiam diri melihat realita penderita gangguan jiwa cenderung meningkat? jika kita ingin berpartisipasi untuk menurunkan jumlah penderita mari kita menjadi supporting factor agar jumlah penderita bisa menurun.