Namanya A, usianya baru 27 tahun, dalam usia segitu dia belum pernah mengalami yang namanya berpacaran dengan seorang gadis, selain karena cacat fisik, dia juga memiliki gangguan dalam berbicara, jika berbicara terbata - bata atau gagap, jika mengucapkan kalimat maka lawan bicara harus menunggu beberapa saat agar apa yang ia ucapkan mampu dipahami oleh orang lain.
Selain mengalami gangguan dalam komunikasi, dia juga mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain, rasa minder terhadap perubahan penampilan membuat dia tidak berani dan tidak memiliki keberanian untuk berinteraksi dengan lawan jenis, bahkan teman pria juga tidak begitu banyak karena dia sangat pemalu dalam bergaul.
Suatu hari A merasa bahwa dia berkenalan dengan seorang gadis cantik, mereka berpacaran dan terkadang berbincang - bincang di sebuah tempat, entah di taman, entah di lokasi mana dia selalu merasa bahwa Y ada dalam kehidupan nyata. Perbincangan antara A dan Y ini sebenarnya tidak pernah terjadi, A mengalami halusinasi karena perasaan mindernya terhadap penampilan yang ia miliki.
Dalam setiap interaksi A sering tertawa sendiri dan mengatakan bahwa Y selalu menemaninya, sebenarnya halusinasi itu muncul sebagai sebuah perasaan A untuk menciptakan rasa nyaman terkait dengan kegagalan membentuk konsep diri yang adekuat.
Selain mengalami gangguan dalam komunikasi, dia juga mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain, rasa minder terhadap perubahan penampilan membuat dia tidak berani dan tidak memiliki keberanian untuk berinteraksi dengan lawan jenis, bahkan teman pria juga tidak begitu banyak karena dia sangat pemalu dalam bergaul.
Suatu hari A merasa bahwa dia berkenalan dengan seorang gadis cantik, mereka berpacaran dan terkadang berbincang - bincang di sebuah tempat, entah di taman, entah di lokasi mana dia selalu merasa bahwa Y ada dalam kehidupan nyata. Perbincangan antara A dan Y ini sebenarnya tidak pernah terjadi, A mengalami halusinasi karena perasaan mindernya terhadap penampilan yang ia miliki.
Dalam setiap interaksi A sering tertawa sendiri dan mengatakan bahwa Y selalu menemaninya, sebenarnya halusinasi itu muncul sebagai sebuah perasaan A untuk menciptakan rasa nyaman terkait dengan kegagalan membentuk konsep diri yang adekuat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Jika anda merasa tersesat di blog ini, mohon beri komentar sebagai perbaikan kualitas postingan.