Pages

Kamis, 27 Januari 2011

Buku gila vs gila buku

Buku gila, seorang blogger kawakan yang sudah merilis beberapa buku laris, dan isinya bener-bener "GILA", kosakata yang aneh, gokil, absurd, abstrak, pragmatis dan entah symbol apalagi yang layak disematkan untuk bukunya. Dari judul yang mirip-mirip hantu horror sampai cerita pengalaman sekolah yang bener-bener "GILA". Siapapun yg membaca bukunya dijamin kaya orang gila, tahu-tahu tertawa sendiri, berikutnya terpingkal-pingkal, detik berikutnya sudah senyam-senyum mirip orang senam wajah. Buku gila justru jadi obat anti stress, obat sakit hati, pil penggembira plus precipitasi kram perut karena tertawa terus.

Dalam benak penulis buku gila, "kehidupan patut ditertawakan" sehingga kejadian paling buruk sekalipun masih bisa dikemas menjadi sebuah cerita gokil nan menawan. Buku gila mulai menggeliat dan menggerus konsumen buku-buku psikopopuler yang berisi motivasi, buku-buku serius mengajari orang beli properti tanpa Uang, diajari 5 jurus dari 30 jurus yang ada, kalau mau tahu yang 25 jurus harus ikut seminarnya. Pelit banget sebagai seorang penulis memberikan ilmunya, takut kalo orang belajar sendiri maka buku dan seminarnya tidak laku, padahal jika penulis tersebut mau berbagi semua pengalamannya lewat buku maka bukunya semakin laris dan seminarnya semakin "luar biasa", bukankah orang yang membeli bukunya juga sudah menguntungkannya? Tapi begitulah strategi penulis, mereka punya asumsi sendiri.

Gila buku, kebalikan dari buku gila, gila buku sangat menggilai semua jenis buku termasuk buku gila, para penggila buku bisa betah berjam-jam membaca apapun. Gila buku lama - lama bisa gila beneran jika gagal bersosialisasi, gila buku membawa kecerdasan karena informasi yang masuk ke otaknya selektif sekali. Semakin banyak informasi tentu perbendaharaan vocabularynya banyak, semakin banyak cadangan kosakata maka manusia gila buku bisa menjadi macam- macam : penulis, blogger, ghostwritter, wartawan, trainer, kolumnis, dan berbagai profesi lain. Mana yang anda pilih?


Kalo ini skill nya yang GILA

Rabu, 26 Januari 2011

Kreativ dan gila berbeda.

Seseorang yang kreatif, ingin terlihat beda, memiliki pola pikir aneh tapi logis, mampu mendeskripsikan logika anehnya bahkan akhirnya mampu membuktikan secara empiris logika anehnya. Mungkin jaman dahulu kala, sebelum era Final Fantasy, orang akan dianggap aneh ketika gambar terlihat begitu hidup dan mirip bahkan mendekati aslinya. Bahkan teknologi komunikasi tatap muka jarak jauh pun dulunya dianggap ide gila. Manusia-manusia kreatif ini mendistorsi hal normal dengan hal-hal unik, aneh, exlusive dan eksentrik. Pemikir kreatif memiliki daya abstrak yang luar biasa, semua hal irrasional tergambar dengan sempurna dalam benaknya. Manusia - manusia kreatif keluar dari zona nyaman kemudian berusaha menggali kebebasan dan kemerdekaan berpikir.

Manusia kreatif adalah nyala lampu didalam gelap, mengubah sampah menjadi karya luar biasa, mengubah penampilan apa adanya menjadi luar biasa. Manusia kreatif tidak dibatasi oleh sekat maupun belenggu pikiran, manusia kreatif masih menghargai norma dan etika, manusia kreatif adalah perwujudan dari masa depan. Lahirnya manusia kreatif menjadi cahaya bagi lingkungannya. Masa depan industri kreatif berada dalam genggaman manusia-manusia kreatif.

Bagaimana dengan orang gila? Mengapa mereka tidak disebut kreativ? Bukankah penampilan mereka juga unik? Bukankah mereka juga exlusive dan exentrik. Perbedaannya pada respon. Stimulusnya mungkin hampir sama tapi respon yang dilakukan yang berbeda, orang kreativ merespon setiap stimulus dengan cara positiv sedangkan orang gila dengan cara negativ. Negativ dan positive dilihat dan dinilai dengan 4 dimensi, dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan dimensi spiritual. Jika anda ingin terlihat kreative, maka pertimbangkan 4 dimensi diatas dan akan terlihat jelas batas orang gila dan kreative.

Biar tidak dianggap gila, lakukan segala kebebasan berfikir, kebebasan berkreasi tanpa melanggar hak orang lain, menghargai privasi orang lain dan mengekspresikan kreativitas tanpa batas tanpa membuat orang lain merasa terluka, kreativ adalah kecerdasan tersembunyi, termasuk kecerdasan memikirkan dampak dari kreativitasnya.


kalo seperti ini, apakah layak disebut kreatif?

Senin, 24 Januari 2011

Mabuk popularitas

Sebut saja artis berinisial D, yg selain hobi gonta ganti suami, gonta ganti rumah, gonta ganti mobil, gonta ganti profesi, asal tidak hobi gonta ganti kelamin saja. Popularitasnya mulai menurun seiring dengan ulah dan tingkahnya yang tidak lazim. Semakin dia berulah, semakin banyak tingkah, penggemar semakin marah. Bukan menunjukkan perbaikan performa justru menjejali media dengan sensasi kacangan, sensasi buatan dan berlindung dibalik topeng agar popularitas kembali naik.

Popularitas adalah self marketing, memasarkan diri, membuat nama berada di mindset penggemar. Popularitas yang dibangun dengan kualitas, berbungkus performance dan totalitas. Jika ada selebritis baru yang tiba - tiba terkenal karena upload video via youtube, menerima tawaran wawancara berbagai media kemudian tenggelam dalam waktu singkat. Popularitas yang dibangun karena kerja keras dan totalitas lebih berkualitas dan berkuantitas.

Mabuk popularitas membuat banyak orang melakukan imitasi, kehilangan aktualisasi diri bahkan mengorbankan harga diri yang berefek ke sakit hati. Mabuk popularitas membuat orang menjadi mengagumi diri secara berlebih, jika ingin populer, gunakan cara-cara yang wajar, normative dan berkualitas, semakin artis mabuk popularitas, jiwa nya kosong dan hampa. Jauh dari kebahagiaan sejati.

Bagaimana dengan blogger konyol yang buku-bukunya laris manis bak kacang goreng? Selebritis blogger yang rajin nongol di Metrotv, jiwanya masih membumi, popularitasnya diimbangi dengan produktivitas, bukan kisah aneh maupun sensasi. Seandainya seorang wartawan bertanya pada saya
"apakah mas tidak ingin terkenal seperti blogger-blogger yang lain"
"tidak mas, yang terkenal biar yang lain saja, saya akan rajin update posting saja" jawab saya
"terkenal khan enak mas" kejar si wartawan.
"tiap orang memiliki sudut pandang enak sendiri-sendiri" jawab saya

Setelah itu paling banter wartawannya pergi sambil kehilangan pertanyaan menghadapi blogger pasive yg tidak mau mabuk popularitas. Jika anda ingin populer, siapkan semua hal sejak awal! Agar anda tetap menginjak bumi.

Ini contoh mencari popularitas, menawarkan program yang tidak realistis