Pages

Kamis, 14 Desember 2017

MANAJEMEN KEPERAWATAN ITU APA?

     Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mengapa disebut dengan seni? Karena manajemen memang memiliki bentuk yang berbeda – beda ditangan manajer yang berbeda pula, Bagaimana cara Steve Job mengatur tentu akan sangat berbeda dengan bagaimana Bill Gates mengatur atau Warren Buffet mengatur. Bagaimana dengan pelaksanaannya? Tentu berbeda pula, maka manajemen masuk kedalam kategori art and science, ilmu dan seni, bahwa untuk melaksanakan dan mengatur maka membutuhkan ilmu pengetahuan yang mencukupi dan seni dalam melaksanakan dan mengatur, seni dan science yang dikelola dengan baik akan membuat manajemen menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan untuk diulas dan dianalisis.

     Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga dari pengertian ini akan sangat terlihat tidak profesional ketika sebuah organisasi segala hal dikerjakan oleh satu orang atau one man show, tidak ada distribusi pekerjaan, tidak ada delegasi, semua hal dilaksanakan oleh top level manajer, dengan manajemen yang baik maka top level cukup mengontrol ke mid level dan mid level mengontrol ke bottom level, controlling berjenjang ini membuat semua pekerjaan akan terawasi dengan baik, semua kegiatan dilakukan oleh semua unit secara terkoordinasi dengan baik.

   Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen harus memenuhi syarat-syarat/prinsip-prinsip tertentu yaitu adanya kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok manusia, adanya penataan/pengaturan dalam kerjasama, dan adanya tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan kerjasama tersebut.

    Kegiatan – kegiatan terstruktur tersebut harus dimulai dengan penguatan legalitas berupa dokumen – dokumen kebijakan, petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan, surat keputusan, aturan – aturan, flowchart atau diagram alur terkait kegiatan apa dll, ketika semua aspek legalitas berbentuk dokumen sudah disahkan oleh top level manajer, kemudian dilaksanakan oleh bawahan dengan baik maka kualitas pelayanan didalam organisasi akan meningkat secara pesat, inti dari manajemen ini mirip dengan permainan sepakbola dimana sang captain akan menyerahkan tanggungjawab mengelola lini belakang kepada centerback, sideback dan kiper, menyerahkan lini depan pada striker dan dia bertanggungjawab mengatur permainan sebagai play maker atau pun melakukan pertarungan box to box.

     Dari beberapa istilah manajemen maka jika difokuskan pada Manajemen keperawatan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional melalui tahapan proses yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian (dalam Munijaya, 1999).


     Lebih singkatnya manajemen keperawatan adalah sebuah ilmu dan seni untuk menyelenggarakan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien, yang menopang pelayanan kesehatan RS, memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga, memberikan kenyamanan pada beberapa pihak yang bekerjasama dengan perawat sehingga semua tujuan dari RS yang tertuang dalam visi dan misi akan tercapai.

Rabu, 13 Desember 2017

SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN

Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisor. Seorang supervisor dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen (Simamora,2012).

Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen seta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan supervisi dari seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009 mengatakan bahwa, supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan. Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat.

Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006). 

Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi, kegiatan yang dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang,dan menciptakan hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006).

Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan dengan kemampuan managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Dilain pihak, perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.

Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre (bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan”terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan”untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. jadi jelas bahwa supervisi itu bukan mencari - cari masalah apalagi sampai menciptakan masalah.

Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif,yaitu mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat Anna,2006).

KESIMPULAN

dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau biasa disebut dengan VMTS maka supervisi menjadi sebuah keharusan, sehingga dalam perjalanan organisasi ketika terjadi penyimpangan, terjadi perubahan arah bisa segera diperbaiki dengan sangat cepat, supervisi yang baik cenderung seperti orang tua yang sedang mengasuh anaknya, ketika anaknya salah maka dia tidak langsung menyalahkan tetapi menanyakan mengapa bisa begitu, mengapa bisa begini, setelah mendapatkan cukup data baru kemudian memberi solusi kepada anaknya tersebut untuk menjadi lebih baik lagi dikemudian hari, manajemen adalah seni mengelola manusia, bukan sekedar mengelola system seperti robot yang kalau salah bisa diperbaiki kode programmnya dll, manusia membutuhkan sebuah pendekatan khusus sebelum memutuskan untuk melakukan segala sesuatu.

Selasa, 12 Desember 2017

KONSEP DIRI PADA USIA LANJUT

Pengertian.

Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Beck, William dan Rawlin (1994), konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh fisikal, emosional intelektual, social, dan spiritual. Konsep diri adalah keseluruhan  pikiran dan perasaan dari individu tentang dirinya sendiri sebagai suatu obyek (Rosenberg cit. Fuller, 2000).

Stuart dan Sundeen (1995) mengkategorikan konsep diri menjadi 5 (lima) komponen, yaitu: Gambaran diri atau citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri.

Gambaran diri atau citra diri 

Merupakan kumpulan dari sikap individu yang disadari atau tidak disadari oleh tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang berkesinambungan dimodifikasi persepsi dan pengalaman baru.

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu  (Stuart dan Sundeen, 1995). Gambaran tubuh seseorang adalah penilaian dari individu tentang keadaan fisiknya termasuk dalam bagian tubuhnya yang sehat dan sakit, apakah dapat berfungsi secara normal (Driever cit. Mary, 1996). Gambaran tubuh berhubungan erat dengan  kepribadian, cara memandang individu terhadap dirinya yang mempunyai dampak yang sangat penting pada aspek psikologisnya, pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberikan rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri bagi individu yang stabil. 

Gambaran diri, identitas dan kepribadian diri  saling ketergantungan, gambaran diri mempengaruhi perilaku karena gambaran diri tergantung   dari bagian nyata dari tubuhnya, seseorang umumnya tidak dapat beradaptasi  dengan cepat terhadap perubahan fisik dari tubuhnya.

Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar  pribadi ((Stuart dan Sundeen, 1995). Ideal diri merupakan bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang  yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. 

Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi  berdasarkan norma social (keluarga dan budaya), dan kepada siapa ia ingin lakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Keliat (1994) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ideal diri adalah:

  1. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
  2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
  3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
  4. Semua factor di atas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri. Ideal diri merupakan hal yang paling pokok bagi seseorang dalam menetapkan konsep dan karakteristik yang diinginkannya. Ideal diri hendaknya tidak ditetapkan terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuannya agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.


Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang  dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995). Harga diri berhubungan dengan penerimaan individu dimana ia berada (Janince, 1994). Harga diri berhubungan dengan  penerimaan individu terhadap dirinya sendiri, dan ia dihargai jika memiliki  kemampuan dan diakui oleh orang lain (Warren cit. Mary, 1996). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi, jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar  dalam penerimaan dirinya sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga. Harga diri diperoleh dari diri sendiri  dan orang lain, aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri akan rendah jika kehilangan rasa kasih sayang  dan penghargaan dari orang lain. Sedangkan harga diri yang rendah berhubungan dengan personal yang buruk dan terutama menonjol pada klien  yang depresi (Stuart dan Sundeen, 1995). 

Adapun manifestasi orang dengan harga diri rendah adalah kehilangan nafsu makan, atau kehilangan berat badan, makan yang berlebihan, konstipasi atau diare, gangguan tidur, tubuh tidak terawat, sulit dalam melakukan aktivitas baru, penurunan gairah seksual, perubahan perilaku, sedih dan cemas, perasaan terisolasi, takut dan mudah marah kepada orang lain, lebih suka menjadi pendengar dari pada berpartisipasi dengan orang lain, mengeluh nyeri dan pusing, perasaan tidak berharga lagi, membenci diri sendiri, merasa tidak dapat meraih kesuksesan, merasa tidak berarti, tidak mampu menyelesaikan masalah, berperilaku yang aneh, melihat orang lebih baik dari pada dirinya sendiri. (Driever cit. Mary, 1996). 

Ada empat elemen yang dapat meningkatkan harga diri seseorang  menurut Stanwyck (cit. Oliveri, 1995), yaitu:
  1. pengertian dari orang lain
  2. peran social yang diharapkan
  3. perkembangan krisi psikologi
  4. komunikasi dalam bentuk koping.

Penampilan peran

Penampilan diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan lain. Peran yang diterima adalah peran terpilih dan dipilih oleh individu. Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Beck. Cit. Keliat, 1994).

Setiap orang termasuk usia lanjut selalu disibukan dengan perannya  yang berhubungan dengan posisi pada setiap waktu  sepanjang kehidupan, Misalnya peran sebagai kakek-nenek, orang tua, anggota masyarakat, suami-istri  dan lain-laian. Peran-peran tersebut sangat dibutuhkan untuk mencapai aktualisasi diri seseorang. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran untuk memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.  Adapun stressor dari peran meliputi: 

Konflik peran : Konfllik peran ini dialami jika peran yang diminta konflik dengan system individu atau dua peran yang konflik satu sama lainnya.
  1. Peran yang tidak jelas. Peran yang tidak jelas bisa terjadi jika individu diberikan peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
  2. Peran yang tidak sesuai, Peran yang tidak sesuai bisa terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap  contoh orang tua yang ditunjuk sebagai tokoh masyarakat (RT atau RW) yang belum pernah dialaminya.
  3. Peran berlebihan, Peran ini bisa muncul apabila terjadi jika seseorang individu menerima peran sebagai kakek, tokoh masyarakat, orang tua, ketua organisasi social dll. Dimana peran-peran tersebut tidak bisa dijalankan  dengan baik karena kondisi fisiknya.


Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi individu dalam menyesuaikan terhadap peran, yaitu:
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
c. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang diembannya.
d. Keselerasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.

Identitas diri.
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yan utuh (Stuart dan Sundeen, 1995). Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertangung jawab terhadao kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu, mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

Meier (cit. Stuart dan Sundeen, 1995) mengidentifikasi lima ciri identitas ego, yaitu:
a. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
b. Mengakui jenis kelamin sendiri
c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
d. Menilai diri sendiri sesuai dengan nilai masyarakat
e. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.

Dalam konsep diri tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari penguasaan lingkungan, konsep diri yang negative dapat dilihat  dari hubungan individu dan social yang maladaptive.  

Aktualiasi Diri

Aktualisasi diri adalah kemampuan individu untuk menunjukkan kepribadian yang sehat dengan gambaran diri yang baik, ideal diri yang sesuai dan realistic, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan dan identitas diri yang jelas. Konsep diri positif adalah kemampuan diri untuk berfungsi lebih efektif yang terlihat dari penguasaan lingkungan yang mempengaruhinya. Keracunan identitas adalah merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dari diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat kecemasan atau panic dan kegagalan dalam pengujian realitas. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing bagi dirinya.
Menurut Yani (1998) bahwa konsep diri dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:

Predisposisi
Berbagai factor penunjang terjadinya perubahan konsep diri seseorang . Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
  1. Faktor yang mempengaruhi harga diri yang meliputi: penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis kegagalan yangnberulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistic.
  2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran  adalah stereotipik peran seks, tuntutan peran kerja dan harapan peran cultural.
  3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dari struktur social.


Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.

Stressor yang mempengaruhi gambaran diri  adalah: 
  1. hilangnya bagian tubuh
  2. tindakan operasi
  3. proses patologi penyakit
  4. perubahan struktur dan fungsi tubuh
  5. proses tumbuh kembang
  6. prosedur tindakan dan pengobatan.

Stressor yan mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah; 
  1. penolakan dan kurang pengaharagaan diri dari orang tua  dan orang yang berarti
  2. pola asuh anak yan tidak tepat
  3. persaingan antar saudara
  4. kesalahan dan kegagalan yang terulang
  5. cita-cita yang tidak tercapai
  6. gagal bertanggung jawab terhadap dirinya.

Sepanjang kehidupan seseorang sering mengalami transisi peran. Keliat (1994) mengidentifikasi  tiga kategori transisi peran, yaitu:
  1. Transisi perkembangan, Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus dilalui individu dengan meyelesaikan tugas yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
  2. Transisi situasi, Transisi situasi terjadi sepanjan daur kehidupan seperti kelahiran dan kematian, dari sendiri kemudian menjadi berdua dengan pasangannya, atau ditinggal mati pasangannya. Perubahan-perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, peran yang tidak jelas atau yang berlebihan.
  3. Transisi sehat-sakit, Stressor pada tubuh dapat meyebabkan gangguan gmbaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri, yaitu gambaran diri, ideal diri, identitas diri, penampilan peran, dan harga diri.

Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh factor psikologis, sosiologis atau fisiologis, namun yang lebih penting persepsi individu terhadap ancaman.

Sumber buku.
  1. Yani AS. 1998. Buku saku: Keperawatan jiwa. Edisi 3. EGC. Jakarta
  2. Keliat. AB. 1994. Gangguan konsep diri. GC. Jakarta.
  3. Rawlin, William, and Beck. 1993. Mental health psychiatric nursing a holistic life cycle approach. Third Edition. Mosby USA
  4. Stuart and Sundeen S.J. 1995. Principles and practice of phychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis Mosby Year Book.


MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN : KRITERIA ASUHAN KEPERAWATAN

MINIMAL CARE 


  1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital pasien tiap shift
  2. Mengobservasi aktivitas sehari-hari (ADL) pasien
  3. Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai masalah pasien. 
  4. Mengobservasi ambulasi pasien. 
  5. Memberikan obat oral sesuai program. 
  6. Tindakan keperawatan mandiri lain dalam pengelolaan pasien   dengan minimal care.
  7. Memberikan perawatan selama 3 – 4 jam/hari.


INTERMEDIATE CARE 


  1. Mengobservasi keadaan umum, tingkat kesadaran,  tanda vital tiap 4 jam.
  2. Memberikan sedikit bantuan pada pasien dalam melakukan  aktivitas sehari-hari.
  3. Memberikan sedikit bantuan pada pasien dalam melakukan  pergerakan/ambulasi.
  4. Melakukan perawatan dan monitoring infus/DC/NGT/Oksigen
  5. Memberikan obat oral sesuai program (lebih dari sekali per hari)
  6. Memberikan penyuluhan kesehatan (health education) sesuai  situasi dan kondisi pasien.
  7. Tindakan keperawatan mandiri lain dalam pengelolaan pasien dengan      intermediatecare. 
  8. Memberikan perawatan selama 5  6  jam/hari.



MODIFIED INTENSIVE CARE / TOTAL CARE


  1. Mengobservasi keadaan umum, tingkat kesadaran,  tanda vital tiap 2 – 4 jam 
  2. Membantu sebagian besar aktivitas sehari-hari pasien.
  3. Melakukan perawatan dan monitoring infus/NGT/DC/Oksigen 
  4. Mengobservasi intake output.
  5. Memberikan obat oral sesuai program.
  6. Menyiapkan pasien yang akan dilakukan prosedur operasi/  pemeriksaan penunjang(psikologis, mempuasakan pasien,   menyiapkan obat/alat/hasil
  7. laboratorium/rontgen, menyiapkan   blangko informed consent) 
  8. Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai situasi dan  kondisi pasien.
  9. Monitoring laboratorium kontinyu tiap = 8 jam.
  10. Tindakan keperawatan mandiri lain dalam pengelolaan pasien  dengan modified Intensive Care 
  11. Memberikan perawatan selama 7 - 8 jam/hari.



INTENSIVE CARE : 


  1. Melakukan pengkajian 
  2. Melakukan diagnosa keperawatan 
  3. Merencanakan tindakan keperawatan
  4. Melakukan tindakan keperawatan:
  5. Memonitor keadaan umum, tingkat kesadaran, hemodinamik,  tanda vital tiap 1 – 2 jam. 
  6. Memberikan perawatan dan monitoring infus/NGT/DC/CVP.
  7. Mengobservasi intake output. 
  8. Membantu segala aktivitas (ADL) pasien (membantu makan/  minum pasien per NGT,  kebersihan diri, buang air besar/  buang air kecil) 
  9. Mengatur posisi pasien. 
  10. Memonitor pasien dengan EKG monitor dan atau pernafasan  pasien dengan ventilator. 
  11. Melakukan penghisapan lendir (suctioning). 
  12. Melakukan bronchial washing. 
  13. Memberikan penyuluhan kesehatan sesuai situasi dan  kondisi pasien. 
  14. Tindakan keperawatan mandiri lain dalam pengelolaan pasien  intensive care. 
  15. Memberikan perawatan selama 10 - 14 jam/hari.


PROSEDUR MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

Pengertian

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri                  dengan cara memandikan di tempat tidur.

Tujuan
  1. Menjaga kebersihan tubuh,
  2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor, 
  3. Memperlancar sistem peredaran darah
  4. Menambah kenyamanan pasien.


Alat dan bahan
  1. Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air dingin dan air hangat
  2. Pakaian pengganti
  3. Kain penutup
  4. Handuk besar
  5. Handuk kecil untuk mengeringkan badan
  6. Sarung tangan pengusap/waslap
  7. Tempat untuk pakain kotor
  8. Sampiran
  9. Sabun.


Prosedur kerja
  1. Jelaskan prosedur pada pasien
  2. Cuci tangan
  3. Atur posis pasien
  4. Lakukan tindakan memandikan pasien yang diawali dengan membentangkan handuk di bawah   kepala, kemdian bersihkan muka, telinga, dan leher degan sarung tangan pengusap. Keringkan   dengan handuk.
  5. Kain penutup diturukan, kedua tangan  pasien diangkat dan pindahkan handuk di atas dada pasien, lalu bentangkan. Kemudian kembalikan kdua tangan ke posisi awal diats handuk, lalu basahi kedua tangan dengan air bersih. Keringkan dengan handuk.
  6. Kedua tangan diangkat, handuk dipindahkan di  sisi pasien, bersihkan daerah dada dan perut, lalu keringkan dengan handuk
  7. Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan kebawah punggung sampai glutea dan basahi punggung h inga glutea, lalu keringkan degan handuk. Selanjutnya miringkan pasien  ke kanan dan laukan hal yang sama. Kemudian kembalikan pasien pada posisi terlentang dan pasangkan pakaian dengan rapi.
  8. Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauh didahulukan dan keringkan dengan handuk..
  9. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia. Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi.
  10. Cuci tangan.


 (Sumber; Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia)