Pages

Kamis, 20 September 2018

MENGENAL PSIKOTROPIKA (DASAR - DASAR NAPZA)

     Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (Wikipedia, 2018)

     Melihat definisi diatas dapat dikatakan bahwa psikotropika sebenarnya digunakan untuk menekan saraf pusat, obat ini digunakan untuk merelaksasi saraf pusat agar orang jadi mudah tertidur, mudah mengantuk, menjadi tidak cemas, menjadi tidak agresif dll. Obat - obat psikotropika sebenarnya adalah terapi bagi beberapa penderita gangguan psikologis.

     Inilah mengapa penyalahgunaan psikotropika menjadi berbahaya, ini sama halnya anda memiliki sebuah modil, sebenarnya mobil anda sudah memiliki sistem pengereman yang baik dan sempurna, karena suatu kondisi sistem pengereman anda tidak berjalan maksimal maka anda memperbaiki sistem pengereman tersebut agar tidak membahayakan diri anda maupun orang sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sistem pengereman baru sangat baik dan ideal.

     Bayangkan jika kondisinya sebaliknya, sistem pengereman anda baik - baik saja kemudian anda tambah dengan sistem pengereman tambahan yang justru mengganggu kinerja mesin, mungkin secara pengereman anda menjadi lebih baik, tetapi bagaimana dengan sistem pembakaran bahan bakar yang diturunkan secara tiba - tiba atau ekstrim? bisa jadi akan mengalami masalah.

   Nah, kembali ke kasus diatas, ketika seseorang menggunakan psikotropika maka seseorang tersebut jika tadinya agresif kemudian menjadi tidak agresif, bisa dibayangkan orang yang sudah nyaris bunuh diri diberi obat tersebut, bisa jadi makin memperparah kondisinya. Inilah bahaya dari psikotropika yang jika dibiarkan justru merusak psikologis dari yang bersangkutan. Mengapa penggunaan psikotropika harus seijin medis atau dokter? karena dokter paling paham berapa dosis psikotropika yang dapat ditoleransi oleh tubuh, meminimalisir resiko dari penggunaan psikotropika.

   Beberapa obat psikotropika memang sulit didapatkan dipasaran akan tetapi pasti ada oknum nakal yang justru memperjualbelikan obat - obat ini, meskipun UU no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sudah sangat jelas melarang peredaran obat - obat golongan ini.

Selasa, 09 Januari 2018

MANUSIA ADALAH MAKHLUK PALING SEMPURNA

Manusia itu apa sih? Manusia adalah mahluk bio, psiko, sosio dan spiritual. Ini yang membedakan antara manusia dengan hewan, manusia dengan alam, manusia dengan tumbuhan. Meskipun beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebenarnya binatang atau hewan sekalipun memiliki satu sisi yang disebut emosi atau biasa disebut dengan animal insting atau insting binatang, manusia pun sebenarnya di area cortex memiliki salah satu bagian otak yang disebut dengan reptilian brain atau otak reptil, mengapa disebut dengan otak reptil tentu ahli biologi yang lebih paham untuk menjelaskan. Intinya hewan dan manusia memiliki kemiripan sehingga sangat wajar ketika sebuah penelitian menggunakan hewan coba sebelum ke manusia.

                Manusia memiliki psikologis yang membuat mereka berespon terhadap kejadian – kejadian yang membuat hati dan perasaan mereka menjadi tidak nyaman, mereka berespon terhadap nyeri – nyeri psikologis yang terjadi sebagai akibat interaksi mereka dengan orang lain, sangat mustahil sebuah interaksi tidak menghasilkan berbagai masalah, masalah – masalah ini bisa saja sangat melukai hati dan perasaan mereka. Jika masalah – masalah ini berlangsung lama atau bahkan merusak ego mekanisme defence mereka maka yang terjadi mereka akan rentan terhadap masalah – masalah psikologis, menguatkan ego mechanisme defence tidak seperti permainan clash of clan dengan cara upgrade wall, upgrade tower yang akan menyerang lawan dan musuh yang menyerang, ego mechanisme defence hanya bisa diupgrade dengan merubah sikap dan karakter seseorang.

                Apa hubungan antara karakter dengan kemampuan bertahan terhadap masalah, semakin baik karakter maka kemampuan mereka bertahan terhadap masalah akan membuat mereka semakin tangguh, semakin kuat dan semakin baik dalam beradaptasi, hal ini sangat sesuai dengan teori evolusi yang mengatakan bahwa yang paling survive adalah yang paling mampu beradaptasi, kemampuan beradaptasi ini tentu saja dibekali dengan konsep dan jam terbang yang cukup, atau istilah tepatnya pengalaman hidup yang baik. Seseorang dengan pengetahuan kognitif tinggi bisa saja menjadi orang gagal bahkan mengalami gangguan jiwa ketika mental mereka tidak tangguh.


                Jiwa yang tangguh, jiwa yang kuat, jiwa yang bisa menerima masalah dan persoalan hidup sebagai sebuah pelajaran yang justru mengasah mereka menjadi lebih kuat, lebih berani dan lebih siap menghadapi apapun yang akan terjadi ke depannya.

Minggu, 07 Januari 2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA PEMULA

Pendahuluan

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru – keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lambat. Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dan 36 persen masing-masing dalam tahun 1970.

A. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan keluarga berencana merupakan tiga tugas perkembangan yang penting dalam masa ini (Tabel 6-4).

1. Membangun Perkawinan yang Saling Memuaskan

Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua orang digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun diterima. Belajar hidup bersama sambil memenuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan diri ini, terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya.

Tabel 1. Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga Pemula
1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua)
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling menyesuaikan diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung kepada komplementaritas atau kecocokkan bersama dari kebutuhan dan minat pasangan. Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan individu perlu diketahui. Dalam hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk menangani “perbedaan-perbedaan tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati ; saling mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan (Raush et al, 1969) dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat menghormati (Jackson dan Lederer, 1969).

Malahan, sejauhmana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan tergantung pada bagaimana masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari keluarga asal masing-masing (tugas perkembangan sebelumnya). Orang dewasa harus pisah dengan orangtuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri dan hubungan intim yang sehat. McGoldrick (1988) memberikan sebuah deskripsi yang amat bagus tentang proses ini dan masalah-masalah psikososial selama masa ini.

Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, serikali disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi hubungan seksual secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).

2. Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.

Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah pasangan, karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu : menjadi anggota keluarga dari keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini menuntut pembentukan hubungan baru dengan setiap  orangtua masing-masing, yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

3. Keluarga Berencana.

 Apakah ini memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Littlefield (1977) menekankan pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja di bidang perawatan maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kehamilan bayi.

B. Masalah-Masalah Kesehatan. 

Masalah-masalah utama adalah penyesuaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling pranatal, dan komunikasi. Konseling semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya informasi sering mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan ini menghambat pasangan tersebut merencanakan kehidupan mereka dan memulai hubungan dengan dasar yang mantap.

Konsep-konsep perkawinan tradisional sedang ditantang oleh hubungan cinta, perkawinan berdasarkan hukum adat, dan perkawinan homoseks. Orang yang memasuki perkawinan tanpa pernikahan memerlukan banyak konseling dari tugas perawatan kesehatan untuk mendapatkan bantuan. Dalam hal ini, perawat keluarga terperangkap diantara dua “keluarga”, keluarga orientasi dan keluarga perkawinan. Dalam situasi semacam itu, para profesional kesehatan keluarga tidak perlu membuat penilaian-penilaian yang bermanfaat tetapi mencoba membantu setiap kelompok dari kedua kelompok tersebut agar mereka dapat memahami diri mereka sendiri dan saling memahami satu sama lain (Williams dan Leaman, 1973).

C. Keluarga Berencana.

 Karena Keluarga Berencana merupakan tanggungjawab utama dari perawat yang bekerja dengan keluarga, maka bidang ini perlu dibahas lebih mendalam. Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi kesehatan keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas ibu-anak ; menelatarkan anak ; sehat sakit orangtua ; masalah-masalah perkembangan anak, termasuk inteligensia kemampuan belajar dan perselisihan dalam perkawinan. Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi meliputi membuat keputusan sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin mempunyai anak, terlepas dari pertimbangan kesehatan keluarga.

Jumlah kelahiran di Amerika Serikat sedang menanjak, dalam tahun 1975 mengalami penurunan dan terus mengalami kenaikan setelah itu hingga tahun 1990, seperti yang diproyeksikan dalam tahun 1984 hingga 1990 (Family Service America, 1984). Meningkatnya kehamilan remaja yang sangat besar, khususnya diantara wanita kulit hitam yang belum menikah dan terutama dipandang sebagai masalah karena kerentanan dan kurangnya sumber-sumber pada kelompok remaja yang malang ini (Chilman, 1988). Kehamilan penyebab utama remaja wanita keluar dari sekolah dan juga penyebab sering terjadinya perkawinan prematur. Dalam perkawinan, kehamilan awal (sebelum dua tahun) mengurangi penyesuaian perkawinan. Semua ini merupakan faktor-faktor kesehatan mental yang penting bagi orangtua dan anak-anak (Cohn dan Lierberman, 1974).

Kesehatan fisik ibu dan anak merupakan masalah utama yang didokumentasikan dalam penelitian kebidanan dan perinatal. Jarak kelahiran antara 2 dan 4 tahun dan usia ibu 20 tahunan merupakan faktor-faktor yang menguntungkan dalam mengurangi mortalitas dan mobiditas ibu dan bayi. Jumlah keluarga yang optimal, jarak dan waktu kelahiran mengurangi mortalitas bayi (Cohn dan Lieberman, 1974).

Angka kehamilan berencana semakin meningkat, karena banyak wanita dan pasangan menggunakan alat kontrasepsi. Empat puluh lima negara bagian, dan juga Distrik Columbia telah membuat undang-undang yang membolehkan gadis-gadis remaja berusia di bawah 18 tahun mendapatkan kontrasepsi tanpa ijin dari orangtua. Namun sebagian besar remaja dan wanita dewasa muda yang aktif secara seksual tidak mendapat pelayanan keluarga berencana (Chilman, 1988).

Perbedaan antara kelompok miskin dan kaya dalam menggunakan alat kontrasepsi yang efektif berhubungan dengan aksesibilitas pelayanan (Manisoff, 1977) dan ketidaktahuan tentang kehamilan dan kontrasepsi dikalangan remaja (Weatherley dan Cartoof, 1988). Faktor-faktor agama dan sosiopolitik menjadi pengengah untuk mengurangi hak-hak reproduktif wanita dan pasangannya. Seperti diawal tahun 1990-an, karena menentang hak untuk melakukan aborsi secara legal maka perjuangan mempertahankan pelayanan saat ini agar tetap tersedia merupakan masalah yang sedang berkembang. Pendanaan masyarakat dari pemerintah untuk keluarga berencana, khususnya untuk aborsi telah dipotong, dan pelayanan terbatas pada kaum miskin dan orang muda.

Selain kebutuhan untuk klinik medis yang banyak dan undang-undang yang membolehkan remaja menerima perawatan, program pendidikan kesehatan keluarga berencana dan seks yang efektif perlu direncanakan dilakukan di sekolah-sekolah, gereja dan lembaga-lembaga kesehatan. Pelayanan-pelayanan seperti itu harus difokuskan tidak hanya pada premis-premis umum bahwa keluarga berencana merupakan satu tujuan dalam keluarga itu sendiri, tapi pada keuntungan-keuntungan kesehatan dari keluarga berencana bagi individu dan bagi  pertumbuhan dan perkembangan keluarga.

Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu yang etis, karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi. Gadis-gadis remaja yang menginginkan bayi perlu mengkonsultasikan kesiapan fisik dan emosi untuk menjadi orang tua dan perlindungan yang realistis terhadap kehamilan bersama-sama dengan supervisi kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit saja dilakukan untuk mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan perkawinan dengan pendidikan kontrasepsi yang realistis.

Diagnosa yang mungkin pada keluarga pemula:
1. Gangguan komunikasi verbal
2. Perubahan proses keluarga
3. Perubahan penampilan peran
4. Gangguan interaksi sosial
5. Disfungsi seksual

Diagnosa yang mungkin pada ibu hamil:

Trimester I
  1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
  2. ketidaknyamanan  
  3. resiko kekurangan volume cairan
  4. resiko cidera terhadap janin
  5. resiko keletihan
  6. resiko konstipasi
  7. resiko infeksi : ISK
  8. resiko gangguan citra tubuh
  9. resiko perubhan penampilan peran
  10. perubahan pola seksualitas

Trimester II
  1. Ketidaknyamanan
  2. Resiko cidera terhadap janin dan ibu
  3. Perubahan pola seksualitas
  4. Perubahan pola nafas
  5. Resiko kelebihan vol cairan
  6. Resiko koping individu tidak efektif

Trimester III
  1. Gangguan pola tidur
  2. Resiko cidera terhadap janin dan ibu
  3. Resiko harga diri rendah situasional
  4. Perubahan eliminasi
  5. Peran perawat
  6. Konselon pada penyesuaian seksual & peran marital
  7. Gusru konselon dalam perencanaan keluarga
  8. Koordinator untuk konseling menjadi orang tua
  9. Fasilitator dalam hubungan kekerabatan interpersonal



ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


1.    Pengertian

      Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik lebih dari 140          mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90 mmHg.

2.    Etiologi

     Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain:
  1. Kelelahan                       - Proses penuaan
  2. Keturunan                      - Diet yang tidak seimbang
  3. Stress                             - Sosial budaya

    Akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi:

   Gagal jantung, gagal ginjal, stroke (kerusakan otak), kelumpuhan.

3.    Patofisiologi

Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.


4.    Tanda dan gejala

-   Sakit kepala                             - Perdarahan hidung

-   Vertigo                                     - Mual muntah

-   Perubahan penglihatan            - Kesemutan pada kaki dan tangan

-   Sesak nafas                              - Kejang atau koma

-   Nyeri dada



1.    Data dasar pengkajian klien dengan hipertensi

-   Aktifitas/ istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

-   Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.

Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.

-   Integritas Ego

Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.

Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

-   Eliminasi

Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.

-   Makanan/ cairan

Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.

Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.

-   Neurosensori

Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.

Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.

Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.


-   Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.

-   Pernafasan

Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.

Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.

-   Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.



2.    Pemeriksaan Diagnostik

-   Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).

-   BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.

-   Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

-   Kalsium serum

-   Kalium serum

-   Kolesterol dan trygliserid

-   Px tyroid

-   Urin analisa

-   Foto dada

-   CT Scan

-   EKG

Prioritas keperawatan:

-   Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

-   Mencegah komplikasi.

-   Kontrol aktif terhadap kondisi.

-   Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.



3.    Pencegahan

a.    Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

1.    Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

2.    Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3.    Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

4.    Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  



b.    Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

-   Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

-   Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

-   Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

-   Batasi aktivitas.



4.    Kemungkinan Diagosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan:

1.      Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.

Tujuan/ kriteria:

-   Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.

-   Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.

-   Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.

Intervensi:

-   Kaji respon terhadap aktifitas.

-   Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.

-   Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.

-   Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut.

-   Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.

-   Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi.

-   Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.



2.      Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.

 Intervensi:

-   Pertahankan tirah baring selama fase akut.

-   Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.

-   Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.

-   Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.



3.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.

Kriteria:

Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi:

1)   Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.

R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.

2)   Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada sendi dan jaringan.

R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan. Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor.

3)   Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.

R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat menyebabkan kontraktur permanen.

4)   Siapkan mobilisasi progresif.

R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan tahanan.

5)   Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai indikasi.

R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.



4.      Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.

Kriteria hasil:

-   Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.

-   Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.

-   Meminta bantuan bila diperlukan.

Intervensi:

1)   Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.

R/ Membantu menurunkan cedera.

2)   Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:

-   Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.

-   Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.

-   Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.

R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.

3)   Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.

R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh.

4)   Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.

R/ Klien dengan masalah mobilitas, memerlukan pemasangan alat bantu