Pages

Kamis, 31 Desember 2009

Tekanan psikologis disekitar kita

Dalam kehidupan kita,akan bertemu dengan beberapa stimulus yang membuat perasaan hati terasa Tertekan. Semua tekanan - tekanan tersebut bisa saja ada disekitar kita,apa saja stimulus - stimulus tersebut?
  • Acara televisi yang tidak mendidik,dari berita kriminal yang disajikan tanpa sensor,debat kusir,kekerasan verbal sampai tayangan - tayangan yang tertawa diatas penderitaan orang lain.
  • Orang yang menyerobot antrean,kita capek-capek berdiri antri eits ada yang menyerobot,rasanya kesel,dongkol,pengen marah dll.
  • Dikerjain,meski niatnya mau menggoda tapi membuat kita malu bukan kepalang.
  • Lupa meletakkan barang,ketika kita lupa menaruh sesuatu maka ada perasaan aneh yang menyelimuti pikiran.
  • Dikhianati teman,kita menyukai seseorang tapi orang yang kita suka malah menyukai teman kita.
  • Dicuekin atau diabaikan,yang ini semua orang punya persepsi sendiri-sendiri.
  • Ketika harapan dan kenyataan mengalami perbedaan yang sangat significant.
  • Di fitnah, ketika kita dituduh melakukan sesuatu yang sama sekali tidak kita lakukan
  • Kehilangan sesuatu, baru enak - enak jalan, tahu - tahu ada yang nyopet handphone
  • Menunggu, banyak yang mengatakan bahwa menunggu adalah pekerjaan yang membosankan
  • Diselingkuhin, pacar atau istri bercinta dengan mantan pacarnya
Apa yang harus kita lakukan untuk membuat semua hal tersebut menjadi tidak bermasalah?
  1. Beryukur, jika kita terlalu sering menengadah maka kita kurang bersyukur
  2. Berdoa, memohon kepada sang pencipta agar hati menjadi tenang
  3. Curhat, berbagi kisah sedih dengan orang lain
  4. Positiv Thingking, berfikir positif terhadap berbagai kemungkinan.
  5. Lakukan Kontemplasi dan refleksi.

Selasa, 22 Desember 2009

1 DARI 4 ORANG INDONESIA MENGALAMI GANGGUAN JIWA

1 dari 4 orang Indonesia mengalami gangguan jiwa. Perkiraan yang mengejutkan itu baru-baru ini dirilis pendiri Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa Indonesia Pandu Setiawan.

Perkiraan yang memprihatinkan sekaligus mengerikan. Memprihatinkan, karena selain persoalan-persoalan kasatmata, negeri ini juga dicengkeram problema berdimensi nonfisik. Mengerikan, karena bobot masalah yang ditanggung anak bangsa ini rupanya semakin lama semakin tidak terperikan.

Mengenaskan menyadari betapa di sekitar kita, di sekeliling kita, berlalu lalang orang-orang yang secara kejiwaan tidak sehat. Juga mengejutkan karena di antara empat orang yang tengah berkumpul, berbincang, satu di antaranya mungkin adalah penderita gangguan jiwa.

Sesulit apa pun menerima perkiraan tersebut, data yang dilansir sebelumnya oleh lembaga berbeda, menunjukkan betapa semua yang memprihatinkan itu bukan tanpa dasar. Pada 2006, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Departemen Kesehatan RI mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa.

Yang kita khawatirkan adalah bila pertumbuhan angka sakit jiwa ini tidak terkendali. Kekhawatiran ini semakin masuk akal, mengingat di sana-sini muncul fenomena menyimpang lainnya yang mendukung secara empiris.

Bukankah kriminalitas meningkat, baik kuantitatif maupun kualitatif? Bukankah anomali individual dan sosial juga mulai diterima sebagai kelaziman? Bukankah kelainan seksual, perceraian, dan berbagai perilaku menyimpang yang dahulu ditolak, kini semakin diterima dalam masyarakat? Dan bukankah keresahan, kecemasan, kekhawatiran, dan ketidaktenangan semakin berkembang dalam masyarakat?

Pertanyaan-pertanyaan itu cenderung menjadi pertanyaan-pertanyaan retoris. Pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena semua jawabannya cenderung adalah ya. Harus dikatakan, di tengah masyarakat berkembang situasi yang menjadi persemaian yang subur bagi tumbuhnya gangguan jiwa. Gejala itu harus dicermati dengan urgensi yang tinggi karena pasien yang masuk sejumlah rumah sakit jiwa terus meningkat. Padahal, dapat dipastikan tidak semua orang sakit jiwa masuk rumah sakit jiwa, sehingga jumlah orang sakit jiwa kiranya jauh lebih banyak daripada angka resmi pemerintah.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memberi perhatian yang lebih besar kepada aspek kesehatan jiwa anak bangsa. Meskipun sudah banyak kesulitan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, tidak berarti pemerintah boleh melupakan aspek pemerataan dan keadilan. Karena di sana bermain faktor-faktor yang sangat memengaruhi tingkat kesejahteraan nonfisik, akar dari semua penyebab gangguan jiwa.

Meskipun kian tidak mudah, individu dalam masyarakat pun harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan beradaptasi dengan tekanan hidup yang semakin lama semakin menghimpit. Karena di sanalah terjadi pertarungan sengit demi mempertahankan kesehatan jasmani maupun rohani, fisiologis maupun psikologis.

Sakit jiwa adalah persoalan sangat berat. Apalagi bila ia telah menimpa 25% dari anggota masyarakat. Ini tidak mungkin dibiarkan dan diabaikan, kecuali bila 75% sisanya pun telah ikut menjadi sakit.

sumber = Media Indonesia

Senin, 21 Desember 2009

PENYALAHGUNAAN ZAT

Penyalahgunaan zat adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, proses pikir seseorang.

Penyalahgunaan zat menyebabkan suatu kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif yang biasa disebut dengan kecanduan, seseorang yang mengalami kecanduan disebut sakau.

Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi dimana pola penggunaan zat patologis menyebabkan pengguna mengalami sakit cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Kondisi ini ditandai dengan adanya : sindroma putus zat dan toleransi. Sindroma putus zat adalah kondisi dimana pengguna zat adiktif menurunkan atau menghentikan penggunaan zat yang biasanya digunakan, akan menimbulkan gejala yang sesuai dengan jenis obat/zat yang digunakan.


Jenis - jenis penggunaan zat

Penggunaan zat eksperimental
Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal

Penggunaan secara rekreasional
Penggunaan pada waktu berkumpul bersama dengan teman sebaya misalnya pada waktu pertemuan, malam minggu, ulang tahun. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya

Penggunaan zat secara situasional
Remaja menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan diri, cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah. Digunakan pada waktu konflik stres dan frustasi

Penyalahgunaan zat adiktif
Sudah bersifat patologis dan sudah mulai digunakan secara rutin, sudah terjadi atau berlangsung lebih dari zatu bulan terjadi penyimpangan perilaku

Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis, adanya toleransi dan sindroma putus zat

Macam – macam zat adiktif

1. Alkohol : Bir, Whyski, Rum, Brendy, Vodka.
2. Opioda : Opium, Codein, Morphin, , Heroin.
3. Stimulantia : Kokain, Aphetamin, Kafein, Nikotin.
4. Sedatavia dan Hipnotika : Valium, Librium. Luminal.
5. Halusinogen :LSD
6. Inhalausia/Solvon : Aerosol Spray, Bensin, Pelumas, Lem

Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis ( Genetik , metabolik, infeksi pada otak, penyakit kronis)
b. Faktor psikologis
  •  Type kepribadian yang tergantung (dependent)
  •  Harga diri yang rendah, terutama untuk ketergantungan alkhohol, sdatif hypnotik yang diikuti rasa bersalah
  •  Pembawa keluarga : Kondisi keluarga yang tidak setabil, role model yang negatif, kurang dipercaya, tidak mampu untuk yang lainnya, dan orang tua yang ketergantungan zat adiktif
  •  Individu yang perasaan tidak aman
  •  Ketrampilan menggunakan koping yang menyimpang
  •  Remaja yang mengalami gangguan identitas diri : kecenderungan homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat adiktif untuk menyatakan kejantanannya
  •  Rasa bermusuhan dengan orang tua

c. Faktor sosisal kultural
  •  Persepsi / penerimaan masyarakat terhadap pengguanan zat adiktif
  •  Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunan dan penyalahgunaan zat adiktif seperti tembakau, ganja dan alkhohol
  •  Role model orang tua yang menggunakan dan menyalahgunakan zat adiktif ( faktor identifikasi keluarga)
  •  Norma budaya : sukun bangsa tertentu menggunakan zat adiktif (halusinogen, alkhohol ) untuk upacara adat dan keagamaan
  •  Remaja yang lari dari rumah
  •  Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual usia dini
  •  Remaja usia dini sudah melakukan tindakan kriminal

Faktor presipitasi
Stress dalam kehidupan merupakan suatu kondisi pencetus terjadinya gangguan zat adiktif. Bagi remaja penggunaan zat adalah suatu cara untuk mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan. Stressor presipitasi untuk terjadinya penyalahgunaan zat adiktif adalah
  • Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman-teman sebaya sebagai pengakuan
  • Reaksi sebagai suatu prinsip kesenangan, tujuannya untuk menghindari sakit dan mencari kesenangan
  • Kehilangan orang yang berarti : pacar, orang tua, orang terdekat dll
  • Diasingkan oleh lingkungan
  • Kompleksitas dan ketegangan kehidupan modern
  • Tersedianya obat-obatan
  • Pengaruh dan tekanan teman sebaya
  • Mudah mendapatkan zat adiktif
  • Pesan dari masyarakat “ bahwa zat adiktif dapat menyelesaikan semua masalah.

Tingkah laku
Penyalahgunaan zat adiktif dapat berkembang menjadi ketergantungan fisik, psikologis dan toleransi. Ketergantungan fisik adalah tubuh membutuhkan zat adiktif dan jika tidak dipenuhi maka akan terjadi gejala putus zat pada fisik. Ketergantungan psikologik adalah efek subyektif dari sipengguna zat.

Tingkah laku dan kondisi ketergantungan yang tersebut diatas adalah :
a. Tingkah laku pasien pengguna sedatif hipnotik
• Menurunnya sifat menahan diri
• Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
• Bicara cadel dan bertele-tele
• Sering datang ke dokter untuk minta resep
• Kurang perhatian
• Sangat gembira, berdiam ( depresi), kadang-kadang bersikap bermusuhan
• Mengantuk
• Ganggguan dalam daya pertimbangan
• Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun dan dapat menimbulkan kematian
• Meningkatkan rasa percaya diri
b. tingkah laku pengguna ganja
• Kontrol diri menurun bahkan hilang sama sekali
• Menurunnya motivasi perubahan
• Ephoria ringan
c. Tingkah laku pengguna alkhoho
• Bersikap bermusuhan ( hostilitas)
• Kadang bersikap murung, diam ( depresi)
• Kontrol diri menurun
• Suara keras, cedal dan kacau
• Agresif
• Minum alkhohol pada pagi hari agar tak kenal waktu
• Partisipasi lingkungan sosial sangat kurang
• Daya pertimbangan menurun
• Koordinasi motorik terganggu, cenderung kecelakaan
• Dalam keadaaan over dosis kesadaran menurun sampai koma
d. Tingkah laku penggunan opioda
• Terkantuk-kantuk
• Bicara cedal
• Koordinasi motorik terganggu
• Acuh terhadap lingkungan dan kurang perhatian
• Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif
• Kontrol diri kurang
e. Tingkah laku pada pengguna kokain
• Hyperaktif
• Euphoiria sampai agitasi
• Iritabilitas
• Halusinasi dan waham, seperti skisofrenia paranoid
• Kewaspadaan berlebihan
• Sangat tegang
• Gelisah dan insomnia
• Tampak mem,besar-besarkan sesuatu
• Dalam keadaan over dosis : kejang , delirium dan paranoid
f. Tingkah laku pengguna halusinogen
• Tingkah laku tidak dapat diramalkan, Tingkah laku merusak diri
• Distorsi ( Gangguan dalam penilaian) waktu dan jarak.
• Sikap merasa diri besar
• Kewaspadan meningkat
• Depersonalisasi
• Pengalaman yang gaib/ajaib

Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan adalah denial dari masalah, proyeksi untuk melepaskan tanggung jawab dan disosiasi sebagai efek dari penggunaan zat adiktif
Data khusus yang perlu didapat saat menghadapi orang dengan ketergantungan
• Jumlah dan kemurnian zat yang digunakan
• Seringnya menggunakan ( hari, minggu, bulan )
• Metode ( rokok, hisap Injeksi, dll )
• Dosis terakhir yang dugunakan
• Cara memperoleh zat
• Dampak bila tidak menggunakan
• Jika over dosis beratnya seberapa
• Tujuan pasen datang
• Sisem dukungan yang ada ( keluarga, sosial dan finansial)
• Tingkah laku manipulaitf


Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA diagnosis keperawatan pada pengguna zat adiktif adalah sebagai berikut :
  1. Regimen Teraputik tidak efektif
  2. Gangguan proses pikir
  3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi visual.
  4. Gangguan isolasi sosial : Menarik diri
  5. Koping individu tidak efektiv
  6. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
  7. Gangguan konsentrasi
  8. Gangguan pola aktifitas
  9. Koping Keluarga tidak efektif
  10. Ketidakberdayaan
  11. Hopelessness
  12. Resiko mencederai diri sendiri

Perencanaan
  •  Membahas dengan pasien tinhgkah laku menyalahgunakan zat dan resiko pengunaan
  •  Membantu pasien mengidentifikasi masalah penyalahgunan zat
  •  Mendorong pasien agar mau mengikuti program terapi
  •  Mendorong pasien mengutarakan hal-hal yang menyebabkan penyalahgunaan zat
  •  Membantu pasien mengenal dan menggunakan koping yang sehat
  •  Konsisten memberi dukungan
  •  Memberikan perawatan fisik : observasi tanda vital, keseimbangan cairan dan kejang
  •  Memberikan obat sesuai dengan dosis ( terapi detoksifikasi)
  •  Observasi sindroma putus zat dan mencatat adanya kemungkinan sinroma putus zat
  •  Identifikasi dan kaji sistem dukungan sosial
  •  Menyediakan dukungan dari orang-orang yang berarti
  •  Memberikan pendidikan kepada pasien yang berarti tentang masalah penyalahgunaan zat adiktif dan sumber yang tersedia untuk mengatasi
  •  Mengirim pesan pada sumber yang tepat dan memberi dukungan sampai pasien ikut dalam program
  •  Menganjurkan pasien untuk menggali cara alternatif pemecahan masalah pada stress dan situasi yang menyulitkan
  •  Menolong pasien untuk mengidentifikasi masalah, pendekatan pemecahan masalah dan mengevaluasi proses
  •  Membatu klien mengidentifikasikan dan mengekspresikan cara yang diterima dan memberikan dorongan yang positif
  •  Mengikutsertakan pasien dalam kelompok teman sebaya untuk mengkonfrontasikan, umpan balik positif dan membagi perasaan
  •  Mengikutsertakan pasien dalam merehabilitasikan vokasional pelayanan sosial dan sumber lain sesuia dengan kebutuhan individu

Minggu, 20 Desember 2009

20 BENTUK PENYIMPANGAN SEX (jilid 1)

Sex adalah  salah satu kebutuhan dasar manusia, berdasarkan sebuah penelitian diketemukan bahwa orientasi manusia terhadap sex sangat besar, sehingga jika kita mau mencoba menelaah lebih jauh maka kita akan menemukan beberapa fakta unik terkait dengan keyword sex dimesin pencari, ketika kata tersebut diketikkan maka anda akan menemukan 634.000.000 pencarian, bahkan sex menjadi salah satu alasan manusia untuk membangun komitmen dalam ikatan pernikahan. Selama ini sex dianggap tabu sehingga banyak yang mencari informasi tentang sex dengan sembunyi – sembunyi, akhirnya informasi yang didapatkan justru menyesatkan. Untuk mencegah kesalahan informasi tersebut berikut ini macam - macam kelainan seks yang (mungkin) perlu kita ketahui:

  1. ABLUTOPHILIA : suatu kondisi dimana seseorang merasa terangsang ketika dia memikirkan mandi dengan air hangat.
  2. ACROTOMOPHILIA : Suatu kondisi dimana seseorang bergairah kalau melihat bagian tubuh manusia tertentu yang sudah diamputasi, misalnya kaki yang diamputasi.
  3. AMAUROPHILIA : Suatu kondisi dimana seseorang memiliki kegemaran berhubungan seks dengan orang buta atau orang yang ditutup matanya.
  4. ANACLITISM : Suatu kondisi dimana salah satu pelakunya berpura-pura menjadi bayi dan diperlakukan seperti bayi juga.
  5. AUTAGONISTOPHILIA : Suatu kondisi dimana seseorang menciptakan suasana yang memudahkan orang lain untuk melihatnya telanjang. misalnya membiarkan tirai jendelanya terbuka dan ia akan berjalan2 di rumah sambil telanjang.
  6. AUTOEROTIC ASPHYXIATION Suatu kondisi dimana seseorang menikmati kepuasan dalam kondisi mencekik
  7. AUTOPEDERASTY : Suatu kondisi dimana seseorang pria memiliki obsesi , untuk memasukkan alat vitalnya ke dalam lubang pantat sendiri.
  8. BACKSWINGING : Suatu kelainan yang ditandai dengan melakukan anal seks tetapi posisi obyek dalam posisi tidur tengkurap.
  9. BASTINADO : Bentuk penyiksaan dengan cara memukuli telapak kaki berulang-ulang untuk memperoleh kepuasan seksual.
  10. BELONEPHILIA : Suatu kelainan yang bergairah kalau melihat benda2 kecil dan tajam seperti jarum. orang ini juga merasa terangsang kalau ditindik.
  11. BEASTIALITY : Suatu kelainan berupa berhubungan seks dengan binatang.
  12. BDSM : Suatu kondisi dimana seseorang terstimulasi untuk melakukan permainan seks yang melibatkan ditimbulkannya rasa sakit untuk memperoleh kenikmatan.
  13. BUKKAKE : Sebuah kelainan dimana seorang wanita dikubur di tanah sampai sebatas kepalanya saja lalu beberapa orang pria mengelilinginya melakukan kemudian melakukan masturbasi bersama-sama dan mengeluarkan cairan semen  ke kepala si cewek.
  14. C&B TORTURE : Suatu kelainan dengan Cara2 menyiksa alat vital seorang laki - laki
  15. CANDLING : Aktivitas pemuasan kebutuhan seksual dengan cara melelehkan lilin cair yang masih panas ke bagian tubuh tertentu.
  16. CATAGELOPHILIA : Suatu kondisi dimana seseorang akan merasa terangsang kalau merasa dipermalukan.
  17. CRHEMASTITOPHILIA : Suatu perasaan dimana perasaan terangsang yang dirasakan oleh seseorang dalam situasi  dirampok.
  18. CLOT : Suatu kelainan berupa kegemaran mengintip wanita melakukan hal2 yang berhubungan dengan menstruasi.
  19. COPROPHILIA : Suatu kelainan berupa merasakan kenikmatan seksual dengan bermain-main dengan kotoran manusia.
  20. COPROPHAGIA : Suatu kelainan berupa merasakan kenikmatan seksual dengan memakan kotoran manusia.
berlanjut ke jilid II======> postingan berikutnya



Sumber:
untukku
David Rosenham dan Martin Seligman, "Abnormal Psychology".


Jumat, 18 Desember 2009

7 CIRI GANGGUAN JIWA

Ada 7 ciri seseorang mengidap gangguan jiwa, jika ciri - ciri ini dapat dikenali dengan baik maka gangguan tersebut akan terdeteksi dengan sangat cepat, semakin cepat sebuah gangguan jiwa terdeteksi maka penanganannya juga lebih cepat. Melihat acara ditelevisi yang menayangkan banyaknya kejadian Bunuh Diri, maka perlu peran serta masyarakat agar kejadian bunuh diri tersebut dapat berkurang.

  1. Menarik diri dari interaksi sosial : seseorang mulai memiliki keinginan untuk menyendiri, memiliki imaginasi yang sangat tinggi dan menikmati sebuah suasana kesendirian, suasana kesendirian yang terlalu berkepanjangan membuat seseorang menikmati kesendirian tersebut dan memicu munculnya fantasi - fantasi semu, jika fantasi - fantasi tersebut berubah menjadi sebuah persepsi nyata dan persepsi tersebut diyakini oleh yang bersangkutan maka seseorang tersebut akan mulai berbicara sendiri, berbicara dengan fantasinya dll.
  2. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat. Seseorang mengalami ketidakmampuan untuk mengingat dimana dia berada dan jam berapa dia saat itu, orang dengan kesulitan orientasi ini terjadi karena memorinya hanya berputar pada masalah - masalah yang dia pikirkan, sehingga dia kehilangan kemampuan untuk mengenali waktu dan tempat.
  3. Mengalami penurunan daya ingat dan daya kognitif parah : ketika diminta untuk melakukan perhitungan sederhana maka dia tidak mampu melakukan dengan mudah, perhitungan yang mudah tersebut menjadi sebuah tugas sulit untuk mereka.
  4. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri : orang dengan gangguan jiwa mengabaikan penampilan dan kebersihan diri, gambaran dirinya negativ sehingga mereka menganggap penampilan tersebut tidak penting, bahkan beberapa penderita gangguan jiwa parah telanjang dan tidak mengenakan busana berkeliaran kemana - mana.
  5. Memiliki labilitas emosional : bisa mengalamai perubahan mood yang sangat cepat, perubahan yang fluktuatif ini membuat penderita gangguan jiwa menjadi susah terkontrol, stimulus yang sangat ringan bisa membuat mereka menjadi marah secara berlebih atau justru sedih secara berlebih.
  6. Memiliki perilaku yang aneh : mengurung diri dikamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba - tiba menangis, berjalan mondar - mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas.
  7. Memiliki keengganan melakukan segala hal : mereka berusaha untuk tidak melakukan apa - apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa - apa.
Jika anda menemukan beberapa gejala tersebut, alangkah baiknya segera membawa orang yang bersangkutan ke Psikiater, Dokter Spesialis Jiwa, Rumah Sakit Jiwa atau ke Klinik Penyembuhan gangguan jiwa sehingga penderita masih bisa ditolong secepat mungkin.

Jika anda tertarik mencari penelitian - penelitian terbaru dari kampus - kampus ternama di dunia tentang gangguan jiwa, berikut ini cara mencarinya :

Selasa, 15 Desember 2009

Film Terhebat tentang Halusinasi

A BEAUTIFUL MIND

Film tentang Gangguan Jiwa yang sangat menarik, film ini dimainkan oleh Russel Crow, film ini menceritakan kehidupan John Nash peraih Nobel Ekonomi tahun 1994, Dalam film ini dikisahkan Halusinasi yang dialami oleh John Nash, dalam keseharian diceritakan bahwa John Nash meyakini bahwa dia memiliki seorang teman sekamar, teman sekamar ini seorang cowok, ternyata secara realita teman sekamar ini tidak ada.  Halusinasi yang kedua adalah dia meyakini bahwa dia memiliki seorang keponakan perempuan. Akibat fatal dari halusinasinya tersebut adalah John Nash merasa terlibat dalam sebuah skandal rahasia militer. Dia merasa dilibatkan dalam sebuah proyek rahasia yang menjadi perang untuk dua negara adidaya.

Dalam film ini pula digambarkan bahwa John Nash adalah seorang yang anti sosial, selain tidak suka berkumpul dengan teman - temannya yang lain untuk sekedar bersenang - senang, dia juga memiliki sebuah keinginan untuk menjadi salah seorang Professor di Universitas tempat dia sekolah, keinginan yang tinggi ini sebenarnya bagus tetapi persepsinya terhadap realita menjadi berubah. Kesendirian, kesepian membuat John Nash menciptakan sebuah dunia yang nyaman untuk dirinya sendiri.

Dalam sebuah kejadian John Nash membuat beberapa kode - kode rumit yang dia anggap mampu menjadi solusi sebuah kejadian, akhirnya John Nash di rawat di RSJ. Setelah John Nash menikah, kejadian halusinasinya mulai menurun, tetapi karena lambatnya respon terhadap lingkungan, anak kandungnya nyaris tenggelam ketika akan dimandikan, perjuangan istri John Nash layak di jadikan sebuah teladan, John Nash akhirnya memberitahukan kepada dunia bagaimana dia bisa menjadi salah seorang profesor ekonomi terkemuka di Dunia dan meraih Nobel meski sempat mengalami Halusinasi dan menderita Schizofrenia.

Senin, 14 Desember 2009

MANAGEMEN KRISIS

Managemen krisis adalah sebuah situasi kegawat daruratan pada klien penderita gangguan jiwa, rata - rata pasien yang masuk dalam kategori managemen krisis adalah pasien yang mengalami kondisi labil, terjadi pada pasien baru, pasien yang mengalami kekambuhan, pasien dengan regimen terapeutik tidak efektif, pasien amuk, pasien gaduh gelisah, pasien putus obat dan beberapa penyebab lain.

Tanda dan Gejala
  1. Pasien Mondar - mandir
  2. Tatapan mata tajam
  3. Pasien susah tidur
  4. Pasien menggangu pasien lain
  5. Pasien berteriak - teriak
  6. Pasien memukul benda atau tempat tidur
  7. Pasien menimbulkan suasana gaduh
  8. Pasien menolak instruksi
  9. Pasien menyerang pasien lain, menyerang perawat atau tenaga kesehatan yang lain
Sebenarnya ada begitu banyak gejala dari pasien krisis ini tetapi, beberapa hal diatas hanya sebagai representasi dari sebuah situasi krisis pada klien gangguan jiwa.

Peran Perawat dalam situasi krisis
  1. Kolaborasi medis pemberian psikofarmaka 
  2. Melakukan pemberian psikofarmaka sesuai order
  3. Melakukan restrain
  4. Managemen krisis
  5. Pertimbangan melakukan ECT
  6. Managemen lingkungan
  7. Beri instruksi pada pasien lain terkait kondisi pasien kritis
  8. Monitoring kondisi klien
Beberapa pertimbangan dalam melakukan Managemen krisis
  1. Keselamatan pasien lain
  2. Keselamatan pasien sendiri
  3. Keselamatan pasien yang bersangkutan
  4. Keselamatan Lingkungan
Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu, sehingga monitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klien tersebut.

Kamis, 10 Desember 2009

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: ORIENTASI REALITA

Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.

Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.

TUJUAN
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

   1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
   2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
   3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.

AKTIVITAS DAN INDIKASI
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.

TAK ORIENTASI (disorientasi) REALITAS
Sesi 1.: Pengenalan Orang
Tujuan
   1. Klien mampu mengenal nama-nama perawat.
   2. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain.
Setting
   1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
   2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
   1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
   2. Spidol
   3. Bola tennis
   4. Tape rcorder
   5. kaset “dangdut”
Metode
   1. Dinamika kelompok
   2. Diskusi dan Tanya jawab
 
Langkah Kegiatan

   1. Persiapan
  • memilih klien sesuai dengan indikasi
  • membuat kontrak dengan klien
  • mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

   2. Orientasi

   1. salam terapeutik : Salam dari terapis kepada klien

   2. evaluasi/ validasi : menanyakan perasan klien saat ini.

   3. Kontrak
         1. terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang
         2. terapis menjelaskan atuaran main berikut:
  • Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
  • Lama kegiatan 45 menit
  • Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

   3. Tahap Kerja
  • terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien
  • terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
  • terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di depan papan nma yang dibagikan
  • terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
  • terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu kien ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dari klien yang lain (minimal nama panggilan).
  • Terapis memutar tape recorder dan menghentikan . saat musik berhenti, klien klien yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi klien yang lain.
  • Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran.
  • Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.
   4. Tahap terminasi
         1. Evaluasi : 
  • terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK,terapis memberikan pujian atas  keberhasilan kelompok.       
  • tindak lanjut : terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai dengan nama panggilan.
  • kontrak yang akan datang

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain.

Selasa, 08 Desember 2009

PERILAKU KEKERASAN DI SINETRON

Jika kita melihat beberapa tayangan Sinetron ditelevisi maka Perilaku Kekerasan menjadi sebuah harga mati yang selalu ada dalam setiap episode sinetron, selalu ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis, kedua tokoh ini selalu bermusuhan, tokoh protagonis akan menjadi obyek penderita, yang selalu dicaci maki, selalu dimarahi, selalu dilecehkan, selalu dihina, selalu mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, dan pelaku perbuatan tidak pantas tersebut adalah tokoh protagonis. Penciptaan dua tokoh yang saling bertentangan ini membawa sebuah daya tarik tersendiri bagi pemirsanya, padahal jam tayang sinetron tersebut bisa saja disaat anak - anak belum tidur.

Konsekuensi dari paparan sinetron yang memiliki muatan kekerasan verbal tersebut, menjadi sebuah role model bagi anak - anak untuk berlatih menghujat, mengkritik, memprotes, menghina, melecehkan atau bahkan memperlakukan temannya dengan tidak pantas, ketika sempat digegerkan kasus Genk Nero, dihebohkan kasus bentrok antar mahasiswa sebuah perguruan tinggi bahkan kasus bentrok satpol PP dengan pedagang, betapa muatan perilaku kekerasan tersebut telah tercampur adukkan dengan berita dan informasi sehingga penonton seolah - olah tidak menyadari efek jangka panjang dari tayangan ini.

Komisi pengawas penyiaran seolah tidak menyadari bentuk Kekerasan verbal tersebut dan membiarkan acara caci maki, ejek - mengejek, acara saling serang dan adu argumen tersebut berlangsung dilayar kaca dengan bebasnya. Bahkan acara - acara tersebut berada di jam - jam yang masih sore, jam dimana anak - anak belum tidur. Perilaku kekerasan seolah menjadi hal yang biasa, tayangan berbau kekerasan dianggap bukan sebagai sebuah masalah, tayangan kekerasan telah dianggap sebagai bagian dari komersialisasi media televisi.

Akankah kita berdiam diri melihat stimulus - stimulus perilaku kekerasan tersebut berlalu lalang dilayar kaca kita, akankah kita memberikan sebuah teguran halus agar jam tayang sinetron dikendalikan, sehingga sinetron yang bermuatan kekerasan verbal akan terjauh dari anak - anak, jejali anak - anak dengan hiburan - hiburan lain yang jauh dari kekerasan verbal, jika kejadian ini dibiarkan dalam jangka panjang maka kita akan melihat sebuah generasi BARBAR yang sangat besar dinegeri ini. Semoga saja sejak sekarang hal tersebut dapat dicegah dan diantisipasi. Andai saja banyak orang yang tahu faktor - faktor apakah yang membuat seseorang menderita gangguan jiwa

Senin, 07 Desember 2009

GILA GARA - GARA JUDI


Seorang pria berusia sekitar 40 tahunan menderita gangguan jiwa setelah toko material yang dia rintis selama 10 tahun harus bangkrut akibat kecanduan judi, pada awalnya pria ini tidak hobby bermain judi sampai akhirnya dia mencoba bermain togel, pada awalnya dia hanya membeli sebesar Rp. 5000 rupiah, entah karena beruntung atau karena memang itu awal mula dia terbujuk rayuan setan maka uang Rp. 5000 tersebut berubah menjadi jutaan dalam waktu semalam, setelah mendapatkan uang yang besar dengan cara mudah tersebut, pria ini makin berani mempertaruhkan uangnya untuk beli togel.


Setelah sempat membeli beberapa buah truk, memperbesar usaha materialnya, menambah jumlah pekerja dll, dia mulai dibutakan oleh judi, dia mulai mengenal dadu, mengenal pula permainan kartu yang dilakukannya dibawah pohon rambutan bersama beberapa orang temannya.  Setelah sering menang bermain dadu maka dia mulai bermain disebuah kasino, sebuah tempat perjudian elit, sebuah tempat perjudian yang memang mempertaruhkan uang dalam jumlah besar, beberapa kali dia mampu memenangkan permainan dan mendapatkan keuntungan besar beberapa kali dari judi.


Sampai akhirnya dunia berbalik memusuhinya, ketika dia sedang bertaruh dalam jumlah yang sangat besar, dia kalah, untuk mengejar kekalahannya tersebut dia meminjam kepada seorang teman dalam jumlah yang besar pula, uang yang dipertaruhkan menjadi semakin menggila, sampai akhirnya satu persatu truk yang dia miliki dijual, usaha toko materialnya mengalami kemunduran hebat karena modalnya terkuras di meja judi.


Sampai akhirnya rumah kebanggaanya tersebut disita, mobil mewahnya disita untuk menutup hutang, mengalami perubahan kehidupan yang drastis, dia menjadi gila dan meracau dipinggir jalan, mentalnya tidak kuat menerima kenyataan dia harus hidup miskin, akibatnya dia harus dirawat di RSJ dan mendapatkan perawatan yang semestinya, tiap hari dia sering menangis sendiri, tertawa sendiri karena merasa mendapatkan kehidupan yang jauh dari harapan, keuntungan judi yang belum sempat dinikmatinya harus dibayar dengan penyakit gangguan mental.