Sebentar lagi mudik akan dipenuhi dengan fenomena orang memaksakan diri agar terlihat sukses, dari yang menyewa mobil di rental mobil, yang ganti handphone baru dengan uang THR, yang memakai perhiasan berlebihan sehingga berpotensi memancing terjadinya tindak kejahatan, sampai cerita bombastis seolah - olah mereka adalah orang - orang sukses, bahkan terkadang demi prestise yang tinggi ini menggadaikan penghasilannya atau menggadaikan barangnya untuk mendapatkan sedikit excessive cash sehingga terlihat sukses ketika lebaran.
Alkisah ada seorang penjual bakso keliling di Jakarta, pulang ke kampung naik Toyota Avanza baru, ketika turun dari mobil memamerkan sebuah Handphone Blacberry, istrinya memamerkan perhiasan diseluruh tubuhnya, anak- anaknya pamer MP4 ke beberapa anak kecil, sambil berkunjung ke rumah beberapa tetangga, Juragan sukses ini memberikan angpau ke beberapa anak kecil, meski isinya cuma 10 ribu tapi sudah mampu membuat anak - anak kecil tersebut senang.
Entah kebetulan atau memang dunia ini sempit, penjual bakso ini bertemu dengan tetangganya seorang direktur BUMN, sang direktur BUMN pulang mudik kali ini hanya dengan naik kereta api executive, penampilan istrinya juga sangat sederhana, anak - anaknya tampak tidak memamerkan apa - apa, ketika akhirnya mereka bertemu, Direktur BUMN ini tersenyum kecut dalam hati dia berkata " Bukankah penjual bakso ini yang sewa kontrak di Rumah Susun, yang harus makan 2 X 1 sehari agar uang hasil penjualan baksonya mencukupi untuk kebutuhan", sambil mengelus dada dia menyayangkan sikap penjual bakso tersebut, informasi terakhir agar bisa menyewa mobil dan perhiasan, mereka menggadaikan semua perabotan yang ada dirumah mereka.
Ironi memang tetapi kenyataan ini memang terjadi disekitar kita, sang Boss BUMN yang bergaji diatas 15 Juta perbulan tersebut lebih memilih ZUHUD daripada menampilkan kemewahan, meskipun dia dan istrinya hanya memakai perhiasan dan kendaraan yang biasa tetapi sikap apa adanya yang mereka tampilkan justru membuat tetangga salut terhadap mereka, rumah orang tuanya juga tidak ditembok tetapi memakai konsep rumah kayu jati, kesederhanaan hidupnya menunjukkan betapa dia sangat menikmati hidup, kesuksesan tidak diukur dari mobil yang dimiliki, tetapi diukur dari SEBERAPA BERMANFAATNYA KITA UNTUK LINGKUNGAN KITA.
Untung Boss BUMN ini tidak membuka kartu sehingga rahasia penjual bakso tersebut tertutup rapat, tetapi beberapa bulan kemudian ketika salah seorang tetangga tanpa sengaja berwisata ke Jakarta dan bertemu dengan penjual bakso tersebut, mereka menjadi tahu keadaan sebenarnya dari penjual bakso tersebut. Memaksakan diri terlihat sukses hanya akan memperberat langkah kita, hanya akan membuat kita berusaha mengungguli orang lain, memaksakan diri untuk sukses justru membuka Jebakan dalam hidup kita, ketika kita salah melangkah dalam upaya memaksakan diri terlihat sukses maka justru kita akan terbenam dalam lumpur.
cerita diatas hanya sebuah gambaran sederhana tentang kondisi yang terjadi di masyarakat menjelang lebaran, semoga kelak mereka menyadari bahwa tanpa memamerkan harta kekayaan kita akan tetap dihormati orang lain asal kita juga menghormati mereka, jika tidak waspada dan berhati - hati maka sang waktu akan menyiapkan pedangnya untuk memenggal manusia - manusia yang tidak sabar tersebut. jadilah diri kita apa adanya, jangan memaksakan diri, jika paksaan diri tersebut terasa memberatkan maka kita bisa kehilangan arah dan menghalalkan segala cara dalam mengumpulkan uang serta rejeki.
Alkisah ada seorang penjual bakso keliling di Jakarta, pulang ke kampung naik Toyota Avanza baru, ketika turun dari mobil memamerkan sebuah Handphone Blacberry, istrinya memamerkan perhiasan diseluruh tubuhnya, anak- anaknya pamer MP4 ke beberapa anak kecil, sambil berkunjung ke rumah beberapa tetangga, Juragan sukses ini memberikan angpau ke beberapa anak kecil, meski isinya cuma 10 ribu tapi sudah mampu membuat anak - anak kecil tersebut senang.
Entah kebetulan atau memang dunia ini sempit, penjual bakso ini bertemu dengan tetangganya seorang direktur BUMN, sang direktur BUMN pulang mudik kali ini hanya dengan naik kereta api executive, penampilan istrinya juga sangat sederhana, anak - anaknya tampak tidak memamerkan apa - apa, ketika akhirnya mereka bertemu, Direktur BUMN ini tersenyum kecut dalam hati dia berkata " Bukankah penjual bakso ini yang sewa kontrak di Rumah Susun, yang harus makan 2 X 1 sehari agar uang hasil penjualan baksonya mencukupi untuk kebutuhan", sambil mengelus dada dia menyayangkan sikap penjual bakso tersebut, informasi terakhir agar bisa menyewa mobil dan perhiasan, mereka menggadaikan semua perabotan yang ada dirumah mereka.
Ironi memang tetapi kenyataan ini memang terjadi disekitar kita, sang Boss BUMN yang bergaji diatas 15 Juta perbulan tersebut lebih memilih ZUHUD daripada menampilkan kemewahan, meskipun dia dan istrinya hanya memakai perhiasan dan kendaraan yang biasa tetapi sikap apa adanya yang mereka tampilkan justru membuat tetangga salut terhadap mereka, rumah orang tuanya juga tidak ditembok tetapi memakai konsep rumah kayu jati, kesederhanaan hidupnya menunjukkan betapa dia sangat menikmati hidup, kesuksesan tidak diukur dari mobil yang dimiliki, tetapi diukur dari SEBERAPA BERMANFAATNYA KITA UNTUK LINGKUNGAN KITA.
Untung Boss BUMN ini tidak membuka kartu sehingga rahasia penjual bakso tersebut tertutup rapat, tetapi beberapa bulan kemudian ketika salah seorang tetangga tanpa sengaja berwisata ke Jakarta dan bertemu dengan penjual bakso tersebut, mereka menjadi tahu keadaan sebenarnya dari penjual bakso tersebut. Memaksakan diri terlihat sukses hanya akan memperberat langkah kita, hanya akan membuat kita berusaha mengungguli orang lain, memaksakan diri untuk sukses justru membuka Jebakan dalam hidup kita, ketika kita salah melangkah dalam upaya memaksakan diri terlihat sukses maka justru kita akan terbenam dalam lumpur.
cerita diatas hanya sebuah gambaran sederhana tentang kondisi yang terjadi di masyarakat menjelang lebaran, semoga kelak mereka menyadari bahwa tanpa memamerkan harta kekayaan kita akan tetap dihormati orang lain asal kita juga menghormati mereka, jika tidak waspada dan berhati - hati maka sang waktu akan menyiapkan pedangnya untuk memenggal manusia - manusia yang tidak sabar tersebut. jadilah diri kita apa adanya, jangan memaksakan diri, jika paksaan diri tersebut terasa memberatkan maka kita bisa kehilangan arah dan menghalalkan segala cara dalam mengumpulkan uang serta rejeki.
Ya, mungkin banyak yang mengira dengan kita hijrah ke Kota2 besar seperti jakarta, kita dapat merubah nasib dengan mudah, padahal justru karena banyak yang beranggapan seperti itu, kota2 besar penuh dengan gelandangan,,, dan juga tingkat kriminalitas akhirnya tinggi....
BalasHapus