Jika kita melihat beberapa tayangan Sinetron ditelevisi maka Perilaku Kekerasan menjadi sebuah harga mati yang selalu ada dalam setiap episode sinetron, selalu ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis, kedua tokoh ini selalu bermusuhan, tokoh protagonis akan menjadi obyek penderita, yang selalu dicaci maki, selalu dimarahi, selalu dilecehkan, selalu dihina, selalu mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, dan pelaku perbuatan tidak pantas tersebut adalah tokoh protagonis. Penciptaan dua tokoh yang saling bertentangan ini membawa sebuah daya tarik tersendiri bagi pemirsanya, padahal jam tayang sinetron tersebut bisa saja disaat anak - anak belum tidur.
Konsekuensi dari paparan sinetron yang memiliki muatan kekerasan verbal tersebut, menjadi sebuah role model bagi anak - anak untuk berlatih menghujat, mengkritik, memprotes, menghina, melecehkan atau bahkan memperlakukan temannya dengan tidak pantas, ketika sempat digegerkan kasus Genk Nero, dihebohkan kasus bentrok antar mahasiswa sebuah perguruan tinggi bahkan kasus bentrok satpol PP dengan pedagang, betapa muatan perilaku kekerasan tersebut telah tercampur adukkan dengan berita dan informasi sehingga penonton seolah - olah tidak menyadari efek jangka panjang dari tayangan ini.
Komisi pengawas penyiaran seolah tidak menyadari bentuk Kekerasan verbal tersebut dan membiarkan acara caci maki, ejek - mengejek, acara saling serang dan adu argumen tersebut berlangsung dilayar kaca dengan bebasnya. Bahkan acara - acara tersebut berada di jam - jam yang masih sore, jam dimana anak - anak belum tidur. Perilaku kekerasan seolah menjadi hal yang biasa, tayangan berbau kekerasan dianggap bukan sebagai sebuah masalah, tayangan kekerasan telah dianggap sebagai bagian dari komersialisasi media televisi.
Akankah kita berdiam diri melihat stimulus - stimulus perilaku kekerasan tersebut berlalu lalang dilayar kaca kita, akankah kita memberikan sebuah teguran halus agar jam tayang sinetron dikendalikan, sehingga sinetron yang bermuatan kekerasan verbal akan terjauh dari anak - anak, jejali anak - anak dengan hiburan - hiburan lain yang jauh dari kekerasan verbal, jika kejadian ini dibiarkan dalam jangka panjang maka kita akan melihat sebuah generasi BARBAR yang sangat besar dinegeri ini. Semoga saja sejak sekarang hal tersebut dapat dicegah dan diantisipasi. Andai saja banyak orang yang tahu faktor - faktor apakah yang membuat seseorang menderita gangguan jiwa
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Jika anda merasa tersesat di blog ini, mohon beri komentar sebagai perbaikan kualitas postingan.