Dalam dimensi fisik, berhenti sebelum kenyang lebih mudah tapi berhenti sebelum kenyang dalam dimensi psikologis atau mental bisa dikatakan sangat susah, berhenti sebelum kenyang dalam dimensi psikologis berarti merasa cukup dan mensyukuri nikmat yang sudah didapat saat ini, mensyukuri semua yang sudah didapatkan adalah berhenti sebelum kenyang, rasa haus manusia akan penghormatan, status sosial, gelar dan berbagai symbol-symbol hedonisme membuat manusia selalu lapar, tak pernah puas dan selalu merasa kurang. Perasaan tidak pernah puas ini membuat manusia melupakan kodratnya dan melakukan hal - hal yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Kehidupan adalah sebuah fatamorgana, segala hal terlihat indah ketika tidak menjadi milik kita, pelangi selalu terlihat berada diatas kepala orang lain, rumput tetangga terlihat lebih hijau. Semua kebahagiaan, kesedihan terletak dalam persepsi kita, pikiran kita, sehingga Robert T Kiyosaki sempat berujar bahwa pikiran akan menjadi aset atau liabilitas, pikiran akan menguntungkan kita atau pikiran justru akan merugikan kita. Pemikiran yang salah akan kebahagiaan dan kehidupan memaksa jutaan orang berjuang mencari jati diri, mencari makna hidup bahkan mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang menyajikan kebahagiaan semu.
Berhenti sebelum kenyang adalah menghentikan ambisi- ambisi liar, berhenti sebelum kenyang adalah merasa cukup dan bersyukur dengan semua nikmat yang sudah didapat. Semakin banyak kita mensyukuri semua, justru semakin bertambah kebahagiaan kita, jika hari ini anda belum merasa bahagia, cobalah tersenyum pada teman anda, tetangga anda, berbagilah dengan mereka, ciptakan kebersamaan, ciptakan jembatan bukan tembok maka kebahagiaan akan menghampiri anda.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus